Tidak Membalas Untuk Membela Hak Diri Semata
Inilah puncak akhlak seseorang yang semoga kita bisa mencapainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh, beliau tidak pernah membalas dan memberikan hukuman untuk membela diri (jika haknya dilanggar), kecuali jika ada perkara di mana agama dan hak Allah dilanggar. Jika terkait dengan hak pribadi, beliau memaafkannya setelah menjelaskan dan menasehati kesalahan orang lain. Adapun kita, pasti selalu marah dan ingin membalas dendam jika hak kita dilanggar bahkan tidak menasehati dan tidak menginginkan perbaikan melainkan membalas untuk menghancurkan saudaranya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ بِهَا لِلَّهِ
“Tidaklah beliau membalas dengan hukuman untuk (membela) dirinya di dalam sesuatu sama sekali. Kecuali jika perkara-perkara yang diharamkan Allah dilanggar, maka beliau akan membalas dengan hukuman terhadap perkara itu karena Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika marah dan membela, manusia ada 4 golongan dan yang paling terpuji adalah membela agama dan hak Allah kemudian memaafkan terkait dengan hak dirinya.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
وَالنَّاسُ فِي الْبَابِ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ: مِنْهُمْ مَنْ يَنْتَصِرُ لِنَفْسِهِ وَلِرَبِّهِ وَهُوَ الَّذِي يَكُونُ فِيهِ دِينٌ وَغَضَبٌ. وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يَنْتَصِرُ لَا لِنَفْسِهِ وَلَا لِرَبِّهِ وَهُوَ الَّذِي فِيهِ جَهْلٌ وَضَعْفُ دِينٍ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَقِمُ لِنَفْسِهِ؛ لَا لِرَبِّهِ وَهُمْ شَرُّ الْأَقْسَامِ. وَأَمَّا الْكَامِلُ فَهُوَ الَّذِي يَنْتَصِرُ لِحَقِّ اللَّهِ وَيَعْفُو عَنْ حَقِّهِ
“Manusia dalam hal ini (marah dan membela) ada 4 golongan,
(1) Ada yang membela dirinya dan membela Rabbnya, yaitu orang yang memiliki agama (yang kuat) disertai kemarahan,
(2) Ada yang tidak membela dirinya dan tidak pula membela Rabbnya, dan ia adalah orang yang jahil dan lemah agamanya,
(3) Ada yang membela dirinya sendiri, bukan untuk membela Rabbnya, dan ini adalah golongan yang terburuk.
(4) Adapun yang sempurna adalah orang yang membela hak Rabbnya dan memaafkan yang berkaitan dengan haknya” (Majmuu’ Al-Fataawa 30/369)
Berikut beberapa kisah ulama terkait:
Istri syaikh Al-Albani rahimahullah menceritakan:
Suatu hari syaikh naik mobil dan di mobil ada siaran radio dengan ceramah yang isinya menghujat syaikh Albani bahkan fitnah
Akan tetapi istrinya berkata:
Tidak ada sedikitpun raut kebencian dan dendam dari beliau, mukanya biasa saja (tidak langsung membuat bantahan, disebarkan dan lain-lain)
Karena beliau tidak pernah membela diri, tetapi membela agama Allah
Begitu juga dengan salah satu kisah Ibnu Taimiyah:
Suatu saat musuh beliau (seorang muslim) yang sering mencela dan memfitnah beliau meninggal, maka mulailah para muridnya berkomentar tetapi ditahan oleh Ibnu Taimiyah,
Beliaupun ke rumah musuhnya
Beliau mendoakan dan datang ke keluarga dan anak-anaknya kemudian berkata:
“Anggaplah saya orang tua kalian, jika ada sesuatu katakan kepada saya”
(Kisah ini dituturkan oleh murid beliau, Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin)
Semoga kita bisa selalau dianugrahi sifat pemaaf dan semangat untuk selalu membela agama Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا زَادَ اَللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Allah tidak akan menambahkan bagi seorang hamba yang memberikan maaf melainkan kemuliaan.” (HR. Muslim no. 2588)
@Markaz YPIA, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/tidak-membalas-untuk-membela-hak-diri-semata.html